Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/26075/hari-hari-istimewa-dalam-islam/#ixzz2GdVNJuKN
Belajar dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Tak perlu melihat siapa yang mengajarimu, tapi dengarlah apa yang diajarkan kepadamu.
Senin, 31 Desember 2012
Hari-hari Istimewa Dalam Islam
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/26075/hari-hari-istimewa-dalam-islam/#ixzz2GdVNJuKN
Minggu, 30 Desember 2012
Musuh Manusia
Inilah Musuh Manusia Yang Sebenarnya
1. Rasa Marah
Rasa gejolak yang datang dari diri sendiri terhadap lingkungan.
Coba bersabar dan kendalikan, kadang tidak semua yang kita inginkan bisa terwujud. Cara mengendalikan : Tarik nafas dalam-dalam lewat hidung lalu hembuskan perlahan melalui mulut, lakukan secara teratur sampai timbul rasa lega. kalo belum kunjung reda, coba lampiaskan kemarahan melalui tulisan di atas kertas.
2. Takut
Perasaan yang timbul apabila kita merasa tidak mampu menghadapi sesuatu peristiwa yang terjadi.
Sugesti yang seakan-akan membisikkan kita bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Cara mengendalikan : Berpikir positif dan bayangkan bahwa semua akan berjalan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
3. Kikir/Pelit
Rasa susah memberikan sesuatu pada orang lain.
Rezeki sudah ada yang mengatur, jadi kita tidak mungkin rugi memberikan sebagian milik kita, bahkan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain, mungkin ada balasan yang lebih berharga dari sesuatu yang kita berikan kepada orang lain. Cara mengendalikan : Lihat dari sisi hati nurani kita, tapi jangan mudah tertipu oleh penampilan orang lain.
4. Ragu
Bimbang atau bingung atau tidak ada suatu tekad yang bulat untuk melakukan sesuatu.
Hidup adalah pilihan, tetapi dalam memilih harus dipikirkan terlebih dahulu. Salah dalam memilih dapat mengakibatkan suatu penyesalan. Cara mengendalikan : Pilih baik atau buruknya dengan pikir panjang.
5. Takabur
Rasa yang menganggap kesuksesan suatu bidang hanya karena usaha sendiri.
Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dan tidak akan mungkin bisa hidup sendiri tanpa bantuan. Cara mengendalikan : Bersyukur dengan hasil yang sudah dicapai bukan karena diri sendiri tapi dengan bantuan orang lain juga.
6. Buruk Sangka
Memandang seseorang dari sisi negatifnya saja walaupun hal itu belum tentu benar.
Berpikir negatif bisa menyebabkan kebencian walaupun kenyataannya tidak seperti hal yang dipikirkan. Yang parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan pikiran tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain dan dapat menyebabkan fitnah. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang berbeda-beda. Cara mengendalikan : Jangan berpikir kita orang yang sempurna dan banyak mengingat kebaikan seseorang.
7. Malas
Tidak suka bekerja atau tidak ada keinginan melakukan sesuatu hal.
Waktu itu gratis, tapi sangat berharga. Kamu tidak akan dapat memiliki, tapi dapat memanfaatkannya. Kamu tidak dapat menyimpan, tapi dapat menghabiskannya. Sekali kehilangan, kamu tidak akan bisa mendapatkannya kembali. Cara mengendalikan : Lakukan sesuatu yang berguna. Buat rencana dan tujuan hidup agar kita memiliki motivasi dan semangat dalam melakukan suatu hal.
8. Iri/Cemburu
Orang yang kurang senang melihat orang lain beruntung.
Rezeki setiap orang berbeda-beda, mungkin di bidang yang satu, orang lain lebih beruntung, coba di bidang lain mungkin kita bisa lebih unggul. Cara mengendalikan : Jika orang lain sukses dalam suatu bidang, jadikan motivasi buat kita untuk berusaha lebih baik mungkin di bidang lain kita bisa lebih sukses.
9. Sombong
Merasa superior, tinggi hati, angkuh, congkak, paling hebat dan ingin dipuji oleh orang lain.
Diatas awan masih ada langit. Orang yang seperti ini kadang dijauhi dan dibenci orang lain. Cara mengendalikan : jangan merasa kita lebih baik dari orang lain, bersikaplah rendah hati dan santun.
10. Ceroboh/Pelupa
Kurang hati-hati dan kurang teliti dalam melakukan sesuatu dan selalu ada suatu kekeliruan atau kesalahan.
Merepotkan dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Cara mengendalikan : Teliti dan selalu periksa atau memastikan dalam bertindak apakah sudah benar atau belum. Konsentrasi. Bawa catatan.
11. Putus Asa
Mudah menyerah dan pabila mengalami kegagalan seolah-olah sudah tidak ada harapan lagi baik untuk masa depannya.
Sabtu, 29 Desember 2012
Kami Tidak Akan Duduk Di Bangku Cadangan
Islamedia - Kami tidak akan duduk di bangku cadangan ketika kalian beramal di jalan Allah; berdakwah, beramar maruf nahi munkar, menyuarakan kebenaran, dan berjihad fi sabilillah. Kami akan selalu bersama kalian, sesulit dan seberat apapun keadaannya…
Hari ini Islam menghendaki setiap muslim berujar kepada dirinya sendiri,” Apakah pantas aku beristirahat, sementara saudara saudaraku berpayah payah di jalan Allah? Apakah pantas aku tidur nyenyak sementara saudara saudaraku disiksa di jalan Allah? Apakah pantas aku tinggalkan amal
Islami sementara aku melihat kesulitan berat dan peperangan hebat melawan musuh sedang dihadapi oleh umat Islam?”
Islam pun menghendaki seseorang yang mengucapkan kata kata seperti Abu Khaitsamah saat ia terlambat menyusul Rasulullah SAW ke medan Tabuk, ia berujar, ” Rasulullah dibakar terik matahari, angin badai, dan panas yang menyengat…Sementara aku , masih dibawah naungan sejuk, makanan yang tersaji, dan isteri yang cantik, menunggui hartanya…Sungguh ini tidak pantas.” (Ibnu Hisham dari ibnu Ishaq sirah Vol II/520)
– Abdullah Azzam-
Jumat, 28 Desember 2012
Abdurrahman bin Auf, Kekayaannya Tak Membuatnya Lalai
Islamedia - Menjadi kaya raya adalah impian semua orang.Sifat Allah Ar-Rozzaq (Maha Memberi Rizqi), Al-Ghoniy (Maha Kaya) dan Al-Mughniy (Maha Pemberi Kekayaan) yang ditanamkan kepada manusia menjadikan manusia ingin menguasai kekayaan. Namun cara manusia mencapainya terkadang dengan cara yang halal sampai yang menjurus kepada kesyirikan dan menghalalkan segala cara.
Pada zaman keemasan Islam (khoirul qurun), para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menguasai kekayaan dengan motivasi terbaik mereka, beribadah kepada Allah. Dan tentu saja, rizqi yang mereka terima, hanya yang halal saja. Ciri mereka ada pada keteguhan,komitment syariah dalam setiap bisnis, akad, modal dan kerja keras dalam berproduksi serta menafkahkan harta waktu dan dirinya untuk mencapai ridha Allah, namun sangat hemat dalam konsumsi. Inilah Zuhud yang benar.
Bukan dengan ber-miskin ria lalu melegitimasi kemalasannya dengan baju zuhud. Satu rahasia yang sangat menonjol dari kesuksesan mereka meraih bisnis yang penuh ‘berkat’ dan berkah itu tak lain adalah karena ketaatannya pada syariat! Karena bukan harta, prestise, imej dan kawan-kawannya yang diharapkan Dien kita, tapi ketaatan kita sepenuhnya pada Islam!
Para sahabat Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang dikaruniai Allah Subhanahu wa ta’ala kekayaan yang sangat luar biasa, selain itu tak diragukan oleh semua kaum muslimin bagaimana ketaatan , keshalehan, dan semangatnya mereka beribadah kepada Allah Azza Wajalla, maka tak salah ungkapan BERANI KAYA, BERANI TAQWA, semakin kaya seseorang, sudah seharusnya semakin bertaqwa seseorang sebagai rasa syukur atas nikmat yang didapat dari ALLAH Ta’ala, para ulama menyebutkan bahwa tanda keberkahan sebuah harta adalah membuat kita semakin dekat dengan Allah dengan bertambahnya Ilmu dan Amal.
Bukan seperti dizaman kita ini, sedikit saja orang diberi kekayaan, atau kesuksesan bisnisnya, dia sudah kedodoran menjaga iman,taqwa dan ibadahnya hingga kekayaan dan bisnisnya melalaikan ibadahnya sehingga sudah lumrah kita dapati banyakpengusaha2 sukses tapi hampir-hampir kita tak pernah jumpai mereka dimasjid sholat jama’ah 5 waktu, atau sedikit sekali kontribusinya untuk kemaslahatan umat, atau dalam menjalankan bisnisnya sudah tidak mengenal halal-haram apalagi syubhat, Riba, dzalim, tipu-menipu, suap, tidak amanah dsb. So cek apakah yang berubah karena harta diri kita ini..??
Jadilah Pengusaha Muslim Pejuang Syariah, Tangguh, Profesional, Sukses dalam bisnis dan komitment tinggi dengan syariah, membawa keberkahan dan kemaslahatan umat dan ‘Izzatul Islam wa Muslimin.
Silahkan menyimak Sosok Miliarder Zuhud salahsatu shahabat penghuni Surga yang menakjubkan ini, Adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin ‘auf, putih kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya, panjang gigi taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya.
Dilahirkan selang sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Pada masa jahiliyah memiliki nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah sholallahu alaihi wa salam menggantinya dengan Abdurrahman. Lengkapnya ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdi bin Al Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aiy. Kuniyahnya ialah Abu Ahmad. Dia termasuk Assabiqun Al Awwalun, dan tergolong diantara sepuluh orang yang dijanjikan Rasulullah masuk surga.
Abdurrahmah bin Auf masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu sebelum Rasulullah tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang lainnya, ia juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, ia termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut. Di madinah beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, ”Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Abdurrahman menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.”
Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya.
Disamping itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.
Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.
Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas,dan menginfakkannya di jalan Allah. ( 1 uqiyah emas = 29,75 gram emas, 200 uqiyah = 5,95 Kg emas coba hitung berapa yang beliau infaqkan.?? kita ambil saja rata-rata harga 1 gram emas = Rp 500.000, jadi total yang beliau shodaqohkan lebih dari 2,9 M) Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak.”
Adakah sekarang Pengusaha Muslim yang shodaqohnya dalam satu waktu seperti beliau diatas..??
Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari 700 onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’**.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”
Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu.
Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga 40.000 dinar, ( jika dikurs sekarang 1 Dinar - senilai Rp. 2.260.000,-coba hitung berapa yang beliau shodaqahkan, 40.000 x 2.260.000 = 90.400.000.000 (90,4 Milyar) yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”
Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa a berfatwa tatkala Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain.
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”
Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendengar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat?”
Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah mendengarnya?” Dia menjawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”
Itulah beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya. Apabila dalam suatu majlis, kesederhanaan yang dimiliki Abdurrahman, menjadikan manusia susah untuk membedakan, mana yang miskin dan mana yang kaya. Melimpahnya harta yang dimilikinya, itu semua karena doa dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dan merupakan ujian berat dari Allah.
Beliau wafat dan meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang meninggalkan 1000 onta, 100 kuda, 3000 kambing , Juga meninggalkan emas dan perak yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya.
Sungguh berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi Waqqas. Juga dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi Thalib. Semoga Allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.
Sumber Biography:
Rubrik Sakhshiyah Majalah Assunnah edisi 02/Tahun VII/1424H/2003M, hal 59-60 oleh Abu Aminah.
Catatan,
Berkata Aisyah: Aku pernah mendengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Qod roaitu abdurrahman bin Auf yad khulul jannata habwan” [Sesungguhnya aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Hadist tersebut Diriwayatkan oleh Ahmad (6/115) dari jalan Umarah, dari Tsabit, dari Anas, dari Aisyah.
Sanad hadit tersebut dlaif, karena di sanadnya ada Umarah bin Zaadzaan Ash Shaidalaaniy Abu Salamah Al Bashri; beliau seorang rawi yang lemah hafalannya. Ibnu Hajar dalam Taqrib menyatkan bahwa beliau Shaduqun (orang yang benar), akan tetapi sering salah.
Demikian penjelasan Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku Hadits-hadits Dlaif dan Maudlu’ jilid 1; Darul Qolam, Cet 1. 2003 M, hal.116-117
Wallahu’alam
Semoga Bermanfaat