Selasa, 30 Oktober 2012

NASYID - Sesungguhnya (Raihan)

Sesungguhnya
Album : Puji-Pujian
Munsyid : Raihan
http://liriknasyid.com

Sebenarnya hati ini cinta kepada-Mu
Sebenarnya diri ini rindu kepada-Mu

Tapi aku tidak mengerti
Mengapa cinta masih tak hadir
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa rindu belum berbunga

Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langitpun
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu tak akan berbunga

Kucoba menhulurkan sebuah hadiah kepada-Mu
Tapi mungkin isinya tidak sempurna tiada seri
Kucuba menyiramnya agar tumbuh berbunga
Tapi mungkin kerana airnya tidak sesegar telaga kautsar

Sesungguhnya walau kukutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau kusiram
Dengan air hujan dari tujuh langitpun
Namun cinta takkan hadir
Namun rindu tak akan berbunga
Jika tidak mengharap rahmad-MU
Jika tidak menagih simpati
Pada Mu Ya Allah

Tuhan hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada-Mu
Moga ku tahu syukurku adalah milik-Mu

Senin, 29 Oktober 2012

NASYID - Munajahku

Allah
Malam ini kubersimpuh di hadapan-Mu
Paparkan kesal dalam jiwaku
Yang hanya pantas kuungkapkan kepada-Mu

Allah
Terimalah display isi hati ini
Betapa lemah kekuatan diri hamba
'Tuk taklukkan segala ambisi

Yang kutakutkan kepada-Mu
Tentang amal ibadahku
Terkotorkan oleh jiwa yang lemah
Tiada berdaya

Yang kuwatirkan diri ini
Tiada mampu memilahkan
Mana kesucian dan misi syaithani

Jangan Kau haramkan sedikitpun untukku
Keuntungan dunia ukhrawi

Allah
Kuketuk pintu ampunan dan kasih sayang-Mu
Yang luas membentang tiada halang timur barat
Tiada penghalang irodah-Mu atas diriku

Allah
Dalam dingin berselimut malam yang indah
Kutuju pintu-Mu tuk memohon karunia-Mu
Bukalah ya Allah ibroh-Mu

Redakanlah tamat dunia yang mendera di dalam jiwa
Gelapkan mata hati dari pancaran fitrah yang suci
Sinarilah benak di diri dengan cahya petunjuk-Mu
'Tuk singkapkan kegelapan dunia

Bertemankan cahya rembulan
Munajahku ini terlantunkan

-Munajahku-
Album : Balada Sebuah Dangau
Munsyid : Suara Persaudaraan

Minggu, 28 Oktober 2012

Antara Haji dan Penghasilan

29 Oktober 2012 08:17

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Asma Nadia

Benar haji adalah panggilan Allah. Tetapi, ikhtiar maksimal seseorang semoga memudahkan keridhaan yang berujung undangan ke Tanah Suci.

Seorang teman yang bekerja di research and developmentsatu media mengadakan riset sederhana dengan kelompok haji yang ditemuinya untuk mengetahui latar belakang pekerjaan jamaah.
Hasilnya cukup mengejutkan. Tujuh puluh persen yang mampu pergi haji adalah pedagang atau pengusaha dan bukan pegawai.

Hanya sekitar 30 persen jamaah merupakan pejabat tinggi di perusahaan atau instansi dengan pendidikan S2 dan S3 atau pendeknya kelompok masyarakat yang mempunyai posisi strategis dan berpendidikan tinggi. Sementara, 70 persen sisanya adalah petani, pemilik ke bun, pedagang, atau pengusaha kecil menengah yang tidak memiliki pendidikan tinggi, yang mungkin jika mela- mar kerja di tempat golongan yang masuk 30 pesen di atas, hanya akan mendapatkan posisi rendah.

Jika demikian, bagaimana mereka yang relatif kurang pendidikan dan intelektual secara akademis lebih berdaya secara ekonomi di bandingkan masyarakat yang berada di kelompok 30 persen di atas? Pertama, sejak lama Rasulullah SAW telah berpesan melalui berbagai hadis kepada kaum Muslimin untuk menjadi pedagang atau pengusaha jika ingin sejahtera. "Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan (usaha)." "Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual- beli yang mabrur."

Kedua, sebagian besar masyarakat di perkampungan belum tercemari sistem finansial modern, yang walaupun menggunakan istilah modern, jauh lebih merugikan dari sistem konvensional. Mereka terbiasa menabung dengan emas, sementara masyarakat perkotaan (baca: pendidikan tinggi) banyak yang merasa menabung di bank, deposito, dan lain-lain, jauh lebih menguntungkan dari emas walaupun kenyataannya tidak.

Saya teringat cerita Endy J Kurniawan, penulis buku Think Dinar, sarjana ekonomi yang merasa malu sebab ilmu yang dipelajarinya kalah dibanding teori sederhana Rasulullah yang dikembangkan Umar bin Khattab, yaitu kon sep "Dinar Emas"--mata uang berbasis emas yang satu dinarnya setara 4,25 gr emas (jangan tersaru dengan mata uang dinar saat ini).  Satu dinar pada masa Rasulullah cukup untuk membeli seekor kambing dan setelah lewat 1.400 tahun masih punya daya beli yang sama.

Emas adalah alat bayar bebas inflasi sepanjang zaman. Sesuatu yang tidak masuk akal dalam teori ekonomi yang pernah dipelajari Endy, tapi terbukti kekuatannya.

Sejak itu, setiap bertemu dengan eksekutif dan profesional muda, ia aktif berbicara tentang dinar. Banyak dari mereka yang takjub dan memutuskan mengalihkan deposito dan lain- lain ke emas. Hal yang menarik ketika ia bertemu kalangan mapan di pelosok desa. Mereka tertawa kecil sambil mengatakan bahwa hal itu sudah sejak lama mereka lakukan, memulai dari satu, bahkan setengah gram emas.

Karena awam teori ekonomi, masyarakat perdesaan yang menabung dengan emas tidak terkena inflasi, bahkan makin sejahtera. Dengan menabung dalam dinar emas, biaya haji justru semakin `turun'. Jika dulu seseorang harus memiliki 30 keping dinar untuk pergi haji, kini 18 keping dinar sudah cukup membayar biaya ke Tanah Suci.

Perbedaan ketiga terletak pada gaya hidup. Cara menghasilkan uang para pegawai dan pengusaha yang tidak sama membuat gaya hidup mere ka ikut berbeda. Ketika pengusaha dan pedagang dilatih bertahan dan berjuang serta bertanggung jawab terhadap nasib usahanya sendiri, kebanyakan pegawai tidak peduli perusahaan untung ataupun rugi. Sebab, pendapatan bulanan mereka sama saja. Karena merasa hidup stabil, mental pegawai dalam mem persiapkan diri untuk berjuang atau meningkatkan kekuatan mereka lebih kecil.

Beberapa profesi, sekalipun memiliki penghasilan besar, menuntut gaya hidup yang mahal. Tidak jarang para eksekutif harus nongkrongdi kafe bukan sekadar gengsi, melainkan demi bertemu klien. Hasilnya, gaji yang diperoleh terkuras gaya hidup karena tuntutan profesi ini.

Haji adalah ibadah paling mahal bagi umat Islam. Karena itu, kewajibannya hanya "jika mampu". Di sini ada pembelajaran berharga bagi umat, yakni motivasi untuk menyempurnakan seluruh rukun Islam dengan menguatkan kemampuan finansial. Dan, Rasulullah telah berabad lalu menyampaikan bahwa menjadi pengusaha adalah jalan keluar. Berpikir dinar dan emas menjadi cara menabung dan investasi.

Mereka yang saat ini masih menjadi pegawai harus mulai berpikir untuk membuka usaha tertentu, mengurangi gaya hidup konsumtif, dan mengganti orientasi menabung dengan dinar dan emas sebagai ikhtiar memperpendek jarak ke Tanah Suci. Selain itu, untuk mempersiapkan masa depan lebih sejahtera bagi keluarga dan cita-cita lebih berdaya bagi sesama.

Red: M Irwan Ariefyanto

Http://republika.co.id/berita/kolom/resonansi/12/10/29/mcmrll-antara-haji-dan-penghasilan

Kamis, 25 Oktober 2012

Tadinya Kambing, Jadi Domba, Eh Malah Sapi

Ini adalah kisah adik-kakak yang mulai memaknai arti 'Idul Adha' sebenarnya. Mereka sudah tidak muda lagi ketika akhirnya menyadari bahwa hari raya Idul Qurban itu bukan hanya milik orang-orang kaya, tapi milik mereka yang benar-benar ingin menyempurnakan ibadah kepada Rabbnya.

Usia mereka sudah 20tahunan, sang kakak sudah mendekati akhir usia kepala 2, sedangkan sang adik 8 tahun lebih muda dari kakaknya. Penghasilan mereka tidak ada apa-apanya dibanding dengan orang-orang yang memiliki rumah gedong, jauh sekali. Tapi kalau hanya melihat ke atas maka mereka akan sulit sekali bersyukur. Slogan yang paling disukai kakak-adik ini adalah "kami tidak ingin berpenghasilan tetap, tapi kami ingin tetap berpenghasilan", jadi penghasilan itu ya jangan tetap segitu-gitu aja, harus bertambah :-D

Oke singkat cerita, sekitar 1 bulan sebelum hari raya Idul Adha, si adik mengeluarkan celetuk "kak, tahun ini kita Qurban yuk!", entah apa yang membuat si adik berkata begitu, sang kakak pun diam tidak menanggapi. Mungkin dalam pikiran si kakak, "mau qurban duit dari mane? Kontrakan aje belom dibayar". Lagi-lagi kendala biaya kontrakan rumah yang totalnya 1,4 juta sebulan, maklum saja, adik-kakak ini tinggal di rumah kontrakan yang berbeda karena si kakak sudah berkeluarga sendiri, dan mereka berusaha susah payah untuk saling memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
"Kita patungan aja, nanti qurbannya atas nama mama. Masih ada waktu 1 bulan, insyaAllah bisa kalau memang niat" lanjut si adik. Lagi-lagi tak ditanggapi.
Baiklah, si adik menyerah. Tapi tekadnya tidak luntur, keinginan itu selalu ia sampaikan kepada Yang Maha Berkuasa, ia yakin sekali jika memang ada keinginan yang kuat,  Allah akan memudahkan urusannya.

Kira-kira 1 minggu setelah itu, si adik terkejut saat mendapat SMS dari kakaknya malam-malam,
"Jadi mau patungan qurban ga?"
"JADIIIIIII" jawab si adik spontan antusias.
Padahal ketika menjawab itu, ia masih bingung akan dapat uang darimana, tabungannya di celengan sudah dia niatkan baru akan dipakai 2 tahun lagi, untuk tambahan biaya haji ibunya. Hmm, tabungannya saat itu juga kira-kira baru 200ribuan :-D
Pokoknya modal utamanya adalah NIAT DAN YAKIN, biar Allah nanti yang mencukupi kekurangannya.

Sedikit demi sedikit si adik terus menambah isi celengannya, setiap mendapat lembar 20ribuan, tidak pakai kata tidak, uang itu harus masuk celengan. Rupanya ia sedang mengikuti program #ThePowerOf20rb :-D
Sang kakak pun juga semakin getol berjualan dan memasang promo di FB dan socmed lainnya, pedagang online gitu ;-)

.....

H-10.
Semakin tidak ada pembicaraan tentang rencana beli qurban. Semakin bingung, jadi atau tidak adik-kakak ini beli qurban tahun ini. Sudah pertengahan bulan, kontrakan rumah juga belum dibayar, si adik mulai kebingungan, 700ribu belum ada ditangannya untuk membayar rumah yang ia tinggali bersama mama-papa nya.
Melunturlah semangat itu.
"Tabungan di celengan ini buat 2 tahun lagi aja deh, buat mama pergi haji. Qurbannya tahun depan aja, ngumpulin uang dari jauh-jauh hari, jangan kayak gini, ngumpulin uang ga nyampe sebulan :'( "
Gumamnya dalam hati. Hatinya kalut. Sedih rasanya jika Idul Adha tahun ini belum juga memberangkatkan haji orang tua, berqurban pun tak mampu, padahal kalau mau menyisihkan uang jauh-jauh hari sebelum hari raya, pasti bisa terbeli 1 kambing.

H-4.
Si kakak mulai membuka percakapan, lagi-lagi lewat SMS malam-malam. "Buruan kesini, ngomongin qurban". Kebetulan rumah mereka berdekatan, tapi karena si adik sedang sakit (bulanan), maka ia tidak memenuhi seruan kakaknya.
Dua hari kemudian barulah mereka membicarakan akan membeli qurban apa. Si adik sambil menahan tangis harunya membongkar celengannya dan mengeluarkan lembaran-lembaran 20ribuan. Di depan mama-nya.
"Ya Allah neng, kalo emang belom ada ya ga usah dipaksa. Baru berapa itu dapetnya"
Kata-katanya menyayat hati. Ah, tak kuat hatinya. Mereka ingin sekali membahagiakan orang tua dan berkorban penuh untuk mereka.
"Tenang aja ma, insyaAllah nanti bakal diganti lebih banyak sama Allah :') ".
Dihitungnya pelan-pelan. Ada 18 lembar, artinya ada 360ribu. Lalu ia mengambil uang 50ribu di dalam dompetnya sisa uang gaji yang sudah dipisahkan dengan uang kontrakan (alhamdulillah gaji baru saja cair). Total 450ribu.
"Nih, 450ribu. Kurang sejuta lagi buat dapet kambing yang gemuk"

H-3.
Pukul 10 pagi, si kakak sibuk mengetikkan jari-jarinya di keypad handphone-nya. "Lagi bikin promo Happycall nih, cuma sampe Idul Adha. Alhamdulillah langsung banyak yang pesen, udah 5 orang" ujar si kakak.
"Alhamdulillah :') "
"Kata abinya, dia liat domba gemuk harganya 1,2 jutaan"
"Kok domba?"
"Domba kan lebih bagus, malah harganya mahalan domba daripada kambing. Itu murah banget bisa dapet 1,2 juta"
Ahh, percakapan itu menggetarkan jiwa. Tidak pernah ada percakapan itu sebelumnya, mereka memang tidak pernah berqurban sama sekali sebelumnya, paling hanya menunggu daging yang diedarkan ke rumah-rumah :')

H-1.
Malam takbiran. Si adik belum tau kakaknya sudah jadi beli dombanya atau belum. Sang kakak sedang berada dirumah sang adik. Lalu suami sang kakak datang.
"Mi, abi mau ke indomaret dulu ya"
"Ke indomaret mau beli domba ya?" Ledekku.
"Bi, dia belum tau ya kalo kita jadinya beli sapi? Patungan sama yang lain"
SAPI? :-O

ALLAHU AKBAR.
ALLAHU AKBAR.
ALLAHU AKBAR.
LAA ILAAHA ILALLAH,
WALLAHU AKBAR.
ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAMD.

Jika Allah memang berkehendak dan manusia berazzam kuat, tak ada yang bisa mencegahnya.
LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH.
Siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan hasilnya.
Man Jadda Wa Jadaa.

Apalagi untuk urusan ibadah, harus diniatkan yang terbaik. Berqurbanlah dengan qurban yang terbaik. Lihatlah mereka, tidak pernah bermimpi bisa berqurban sapi, dapat berqurban kambing yang kecil pun mungkin mereka sudah sangat bersyukur, tapi Allah berkehendak lebih :')

Malulah jika kita sudah sangat berkecukupan dan bisa mudah mengeluarkan uang untuk membeli barang mahal, sedangkan untuk qurban tertunda bertahun-tahun.

Semoga Allah memberi kelimpahan rizki bagi mereka yang sanggup berqurban, dan segera memampukan mereka yang belum sanggup berqurban :'')

-Depok, 9 Dzulhijjah 1433 H-

Rabu, 24 Oktober 2012

Bukan Iklan, Hanya Sebait Kata

"Tiap rasa itu indah, jangan lewatkan tiap detik di dalamnya.

Kita menggenggam untuk melepaskan.
Mendengarkan untuk bisa bicara.

Kita selalu punya cerita.
Selalu ingin berbagi.

Jadi tersenyumlah,
Dan dunia ikut tersenyum.

Jangan takut memulai,
Meski dengan air mata sebelum tawa.

Karena hidup penuh warna."

-Narasi iklan Smartfren Andromax-

#Bukan promosi, hanya suka sekali dengan setiap kata-katanya, cobalah resapi maknanya, cukup menginspirasi :')

Selasa, 23 Oktober 2012

Aku Rindu Zaman Itu...

Aku rindu zaman ketika halaqoh adalah keperluan,
bukan sekedar sambilan apalagi hiburan …

Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban,
bukan pilihan apalagi beban dan paksaan …

Aku rindu zaman ketika dauroh menjadi kebiasaan,
bukan sekedar pelangkap pengisi program yang dipaksakan …

Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan,
bukan keraguan apalagi kecurigaan …

Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan, hujatan dan obyekan….

Aku rindu zaman ketika nasihat menjadi kesenangan,
bukan su’udzon atau menjatuhkan …

Aku rindu zaman ketika kita semua
memberikan segalanya untuk da’wah ini …

Aku Rindu zaman ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan…

Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan,
dan terlambat adalah kelalaian …

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh dengan uang yang cukup2
dan peta tak jelas …

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh da’wah di desa sebelah …

Aku rindu zaman ketika pergi liqo
selalu membawa infaq, alat tulis, buku catatan dan qur’an terjemah ditambah sedikit hafalan …

Aku rindu zaman ketika binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo …

Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu diketuk untuk mendapat berita kumpul di subuh harinya …

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan uang belanja esok hari untuk keluarganya …

Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat,
para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya …

Aku rindu zaman itu …

Ya Rabb …
Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami …

Ya Rabb …
Berikanlah kami keistiqomahan di jalan da’wah ini …

KATA-KATA "SANG MUROBBI" KH RAHMAT ABDULLAH

Selasa, 16 Oktober 2012

Jangan Janjikan Reward

Rasa letih itu kini menggerogoti tubuh. Entah karena memang lelah, atau jenuh menjalani rutinitas yang terlalu payah. Awal sekali, semangat itu tak pernah surut, karena ada sesuatu yang dijanjikan oleh seseorang sebagai 'imbalan'. Bukan 'imbalan' juga sebetulnya, hanya sebuah timbal-balik dari jerih payah.

Seperti Delisa, di dalam novel Hafalan Sholat Delisa, yang bersemangat menghafal bacaan sholat karena akan dihadiahi sebuah kalung emas berinisial 'D'. Awalnya, ia benar-benar menginginkan kalung itu makanya ia gigih sekali dalam menghafal bacaan sholatnya. Namun, pada akhirnya ia sadar kalau ia salah. Harusnya ia menghafal bacaan sholat itu bukan untuk sebuah kalung emas itu, lebih dari itu.

Teringat juga kisah Ali yang menerima tantangan Rasulullah untuk sholat dengan khusyu'. Ketika itu, siapa saja yang sanggup menegakkan sholat dengan khusyu' maka akan mendapatkan sorban Rasulullah. Awalnya Ali berhasil, namun menjelang salam ia teringat akan sorban Rasulullah yang akan diberikan kepadanya.

Sebuah janji 'reward' yang akan diberikan manusia memang bisa membuat semangat berkobar, tapi hal tersebut bisa merusak niat.
"Innamal a'malu binniyat" . Amal itu tergantung niatnya. Kalau suatu amal baik dilakukan karena berharap sesuatu dr manusia, maka rugilah, karena hanya itu yang akan didapat.

Terlebih lagi jika sudah melakukan kewajibannya, haknya tidak dipenuhi. Alhasil, rasa kecewa lah yang melanda. Merasa sudah letih, namun tak kunjung mendapatkan yang semestinya. Tentu saja hal ini tidak berlaku untuk orang yang bekerja dan akan mendapat gaji sebagai timbal balik. Pekerja tersebut wajib menuntut haknya jika ia sudah bekerja tapi gajinya tidak diberikan juga. Bukan itu. Ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa menuntut 'imbalan' dari apa yang telah dijanjikan manusia. Ia hanya harus menuntut keikhlasan dirinya sendiri. Ya, ikhlas.

Sampai saat ini, tak henti-hentinya terus belajar agar bisa menumbuhkan sifat ikhlas dalam melakukan amal. Ingatlah balasan Allah kelak, berkali-kali lipat nilainya dari apa yang dijanjikan manusia. Janji Allah itu pasti, Ia tak pernah ingkar, tak seperti manusia yang tak jarang luput dari ingkar.

Jangan janjikan reward untuk meminta orang lain melakukan kebaikan. Berilah suatu kejutan reward jika ia berhasil, tak perlu menjanjikan sebelumnya, agar ia tak merasa terlalu payah saat melakukannya karena letihnya akan terbayarkan di syurga.

#NtMS

Jumat, 05 Oktober 2012

Easier to Run

It's easier to run
Replacing this pain with something numb
It's so much easier to go
Than face all this pain here all alone

Something has been taken from deep inside of me
The secret I've kept locked away no one can ever see
Wounds so deep they never show they never go away
Like moving pictures in my head for years and years they've played

(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made I would)
(If I could stand up and take the blame I would)
(If I could take all the shame to the grave I would)
(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made I would)
(If I could stand up and take the blame I would)
(I would take all my shame to the grave)

It's easier to run
Replacing this pain with something numb
It's so much easier to go
Than face all this pain here all alone

Sometimes I remember the darkness of my past
Bringing back these memories I wish I didn't have
Sometimes I think of letting go and never looking back
And never moving forward so there'd never be a past

(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made I would)
(If I could stand up and take the blame I would)
(If I could take all the shame to the grave I would)
(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made I would)
(If I could stand up and take the blame I would)
(I would take all my shame to the grave)

Just washing it aside
All of the helplessness inside
Pretending I don't feel misplaced
It's so much simpler than change

It's easier to run
Replacing this pain with something numb
It's so much easier to go
Than face all this pain here all alone

It's easier to run
(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made)
It's easier to go
(If I could change I would take back the pain I would)
(Retrace every wrong move that I made I would)
(If I could stand up and take the blame I would)
(I would take all my shame to the grave)

Selasa, 02 Oktober 2012

Catatan Harian: Aku dan Lengkuas

Pagi ini aku tertipu (lagi) saat makan nasi uduk yang biasa dibeli ibuku. Nasi uduk berminyak yang diberi lauk bihun goreng, tempe orek, kerupuk, dan sambal. "Wah tumben ada irisan daging ayamnya" seruku dalam hati. Semakin lahaplah aku makan. Tiba-tiba, GLEK. Rasanya...... ternyata yang ku makan bukanlah daging ayam, tapi LENGKUAS!! -___-"

Oke. "Hobi" makan lengkuas ternyata masih melekat pada diriku sampai saat ini. Aku terkenal sekali di keluarga besarku yang jauh kalau aku dulu adalah anak yang makan lengkuas.

Jadi begini ceritanya, dulu waktu aku kecil aku sering sekali makan disuapi oleh bulik (ibu cilik) atau adik dari ibuku atau tante sebutan kerennya. Kurang lebih begini percakapan aku dengan bulik ku ketika aku disuapi:
"Itu belum abis makannya, pake dagingnya itu"
"Ini bukan daging, tapi lengkuas"
"Aahh pake itu..!!"
"....."
Dan karena aku merengek-rengek, disuaplah lengkuas yang kukira daging ke dalam mulutku. Ajaibnya, lengkuas itu aku makan sampai habis!!
-_____-"

Sampai sekarang aku tidak habis pikir bagaimana bisa aku memakan lengkuas yang rasanya jauh sekali dengan daging. Hufftthh. Syukurlah aku melakukan itu ketika masih kecil, sekarang jadinya aku sudah lupa rasanya seperti apa. Haha.

Tapi aku juga berterimakasih pada masa kecilku yang unik itu, karena dengan begitu saudara-saudaraku di kampung masih mengingatku ketika sudah besar aku kesana. Well, karena aku memang jarang pulang kampung. Ketika kesana aku sudah dewasa dan menjulang tinggi, mereka pun pada lupa.
Akhirnya senjata ampuhnya adalah bilang "ini Nenny yang dulu makan lengkuas", barulah mereka ingat.. hehehe..

Terima kasih lengkuas :''D

Oh iya, sampai sekarang aku masih susah membedakan lengkuas dengan daging jika dimasak dalam 1 menu. Bisa tolong bantu beritahu bedanya apa? -___-"